Hujan sebagai analogi rizki


Hujan

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)

Bahwa rezeki bisa dari langit dan dari bumi,

rezeki dari langit :

  • Hujan
  • Besi, emas, dan logam lainnya berdasarkan penelitian besi berasal dari luar angkasa, ketika meteor menabrak bumi jutaan tahun yang lalu
  • Frekuensi, pengunaan frekuensi saat ini juga merupakan rezeki
  • Atau mungkin masih banyak rezeki lain diatas sana, diplanet-planet diluar angkasa

rezeki dari bumi :

  • Tumbuhan
  • Minyak bumi
  • Hasil tambang
  • Atau mungkin masih banyak rezeki lain dibawah sana, karena masih banyak yang belum di eksplore dibawah bumi

Ibadah manusia sesungguhnya adalah untuk memancing rahmat Allah, Ibadah adalah penyempurna perintah Allah untuk mendapatkan rahmat, perintah Allah baik yang bersifat Rububiyyah (rezeki, kekuasaan) maupun yang bersifat uluhiyah (ibadah).

Continue reading

IKHTIAR DAN RIZKI


Ada 3 orang yang amat tekun beribadah di Masjid pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar, Radhiyallahu tutur Dr. Jaribah ibn Ahmad Al Haritsi mengutip Ibn Katsir dalam Al Fiqhul Iqtishadi li Amiril Mukminin Umar ibn Al Khaththab.

Kepada orang pertama Khalifah bertanya, Apa yang kaulakukan di sini wahai hamba Allah? Orang itu menjawab, Beribadah, sebagaimana kaulihat wahai Amirul Mukminin. Lalu siapa yang menanggung nafkahmu dan keluargamu?

Janganlah engkau mengkhawatirkanku wahai Amirul Mukminin, ujarnya sambil tersenyum, Kami ada dalam jaminan Dzat Yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi.

Maka Sayyidina Umar beralih pada orang kedua dan bertanya hal yang sama. Aku dan saudaraku berbagi tugas, ujar orang ini. Dia bekerja di pasar sementara aku memperbanyak ibadah dan mendoakannya. Kami berserikat dalam hasil perniagaannya. Sayyidina Umar tertawa dan bertitah, Demi Allah, saudaramu itu lebih ahli ibadah dengan apa yang dikerjakannya dibanding dirimu.

Continue reading